Selasa, 22 Februari 2011

Selasa, 18 Januari 2011

SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER DAN BAHASA PEMROGRAMAN PASCAL

Makalah
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur
Pada Mata Kuliah “Program Komputer”

Oleh :
Nur Stania Farhatun Nisa
206 200 681

TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puji syukur ke hadirat illahi yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada seluruh umat manusia. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang ini.
Alhamdulillah atas izin dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Sejarah Perkembangan Komputer Dan Bahasa Pemrograman Pascal.
Selaku penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan. Selaku manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan pastilah akan selalu mengarapkan hasil yang terbaik. Oleh karena itu, saran dan kritik yang kontruksif sangat saya harapkan guna perbaikan yang akan datang dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah kita berharap dan berserah diri, mudah-mudahan apa yang telah kita rencanakan dan kita kerjakan senantiasa diridhoi Allah SWT. Amin…

Bandung, Oktober 2010
Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER DAN
BAHASA PEMROGRAMAN PASCAL
A. Sejarah Perkembangan Komputer
1. Komputer Pra generasi (sebeum tahun 1946)
2. Komputer Generasi I (tahun 1946-1959)
3. Komputer Generasi II (tahun 1959-1965)
4. Komputer Generasi III (tahun 1965-1970)
5. Komputer Generasi IV (sejak 1970)
6. Komputer Generasi V (sekarang dalam tahap perkembangan)
B. Sejarah Bahasa Pemrograman Pascal
1. Turbo Pascal
2. Delphi’s Pascal
BAB II KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER dan
BAHASA PEMROGRAMAN PASCAL

A. SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER
Terciptanya komputer diawali dengan perkembangan alat hitung, amka dalam meninjau perkembangan komputer kita tak lepas dari perkembangan alat hitung. Alat hitung tertua yang sekarang masih digunakan adalah abacus (di Indonesia dikenal dengan nama sempoa) alat ini berasal dari Timur Tengah dikena di Eropa pada Marcopolo.
Pada tahun 1642 seorang pemuda berumur 16 tahun bernama Blaise Pascal membuat sebuah mesin jumlah (Mechanical Adding Mavhine) yang digunakan pada kantor ayahnya di Rouen Perancis pada tahun 19673, seorang Phyosopy jerman bernama Leibniz. Membuat mesin hitung yang dapat menambah dan mengalikan. Pada Tahun 1975 seorang Peranvis bernama Joseph Mario Jacuard, merancang sebuah metode penggunaan lubang-lubang pada kartu untuk mengotrol benar-benar pada penenum tekstil.
Pada tahun 1833, Charles Babbage menggunakan konsep yang mendekati stored program pada komputer modren dan mesinnya disebut Analytical Engine. Pada tahun 1854, George boole menerapkan operasi matematika logic (aljabar logic), penemuan ini merupakan seumbangan besar dalam perkembangan menuju abad komputer. Pada tahun 1880, Dr. Herman Hollerith dari United States Census Bureau menemukan metode dengan menggunaka punch card untuk merekam data dalam mesin sensusnya. Hal ini membawa ollerth kearah suksesnya pada tahun 2886 ia mendirikan Tabulasi Machane Campany dikemukakan hari Tabulating Machine Compay berembang menjadi internasinal Bussiness Machine Corporation. (I.B.M).
Pada tahun 1908 James Power dari Census Bareau merencanakan mesin untuk memproses dengan menggunakan punch car dan mesin ini digunakan pada tahun 1910 pada tahun 1911 ia membentuk Power Accounting Machine Compay yang kemudian hari menjadi Remington Rand Company dan sekarang menjadi Univac Division of Sperry and Corporation.
Pada tahun 1930 M Jhon V. Atanasiffy menciptakan meisn hitung yang berkerja secara elektronik, tetapi pemutusan dan penyambungan arus listrik masih dilakukan secara mekanis pada tahun 1944 Howard Aiken membuat komputer yang dapat melakukan operasi artimatika dan logika secara otomatis, komputer nya disebut dengan nama Mark I. Mark I segera diganti dengan munculnya komputer elektronik yang otomatis bernama Eniac. Komputer ini dirancang oleh J. Prosper Ecklert dan Jhon W.Mauchly.
Hingga saat ini perkembangan komputer dapat dikatakan telah mengalami 6 generasi yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Komputer Pra generasi (sebeum tahun 1946)
2. Komputer Generasi I (tahun 1946-1959)
3. Komputer Generasi II (tahun 1959-1965)
Ciri-ciri komputer generasi kedua :
 Komponen utama yang digunakan adalah transistor sirkuitnya
 Program yang dibuat dengan bahas tingkat (High Level Language), seperti : Fortran, Cobol, Alkgol (The Algorithnic Language)
 Kapasitas memory utamanya sudah cukup besar
 Ukuran fisik komputer lebih kecil
 Proses operasi sudah cepat dapat memproses jutaan operasi perdetik
 Membutuhkan lebih sedikit daya listrik
 Orientasinya tidak hanya pada aplikasi bisnis tetapi juga pada aplikasi teknik. Contoh komputernya : Univac III, Burroughs 200, IBM 7070, Honeywell 400, Honeywell 800.
4. Komputer Generasi III (tahun 1965-1970)
Ciri-ciri komputer generasi ketiga :
 Komponen yang digunakan adalah IC (Integrated Circuit)
 Prosesnya lebih cepat, kecepatan hamper 10.000 kali dari komputer generasi pertama
 Kapasitas memori komputer lebih besar dapat menyimpan ratusan ribu karakter.
 Penggunaan listrik lebih hemat
 Memungkinkan untuk melakukan multiprocessing dan multi programing. Multi processing yaitu dapat memproses sejumlah data dari sumber-sumber yang berbeda pada waktu yang bersamaan.
 Kemampuan melakukan komputer data dari satu komputer dengan komputer lainnya, misalnya lewat alat komunikasi telepon. Contohnya : IBM S/360, NOVA.
5. Komputer Generasi IV (sejak 1970)
Sejak dari generasi ketiga orang sulit membayangkan komputer generasi selanjutnya, karena telah banyak seklai perkembangan-perkembangan yang telah terjadi yang sebelumnya belum pikirkan, tetapi sejak tahun 1970 ada dua perkembangan yang dianggap sebagai komputer generasi keempat.
Yang pertama adalah penggunaan Large Scale Intergation (SLI) atau juga dengan nama Bipolar Large Scale Intergation. SLI merupakan pemedatan beribu-ribu IC yang dijadikan satu dalam sebuah chip istilah chip digunakan untuk menunjukkan suatu lempengan persegi empat yang memuatan rangkaian-rangkaian terpadu (Intergrated Circuits). LSI kemudian dikembangkan menjadi VLSI (Very Large Scale Integration).
Yang kedua adalah dikembangkannya komputer mikro yang menggunakan miriprocessor dan semi condutor yang berbentuk chip untuk memori komputer (Internal Komputer), sedangkan generasi komputer sebenarnya masih menggunakan magnetic core storage. Contoh komputer generasi keempat yang pertama :
 Tahun 1970, IBM 370 telah menggunakan LSI yang merupakan komputer generasi keempat yang pertama.
 Tahun 1977 perusahaan detepoint corporation mengumumkan Arcnet yang merupakan komputer lokal Area Network (LAN), LAN adalah jaringan komputer yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang dihubungkan dengan kabel dalam satu areal lokal.
 Tahun 1977 merupakan perkembangan yang sangat penting dalam dunia komputer mikro sejak saat ini mempunyai bentuk fisik yang kecil dengan harga murah yang dapat dijadikan oleh masyarakat, sehingga disebut dengan komputer personal.
 Tahun 1981 Xerox Corpotion memperkenalkan komputer di atas meja (desk-top komputer) yang dapat menampilkan beberapa bentuk dilayar sekaligus dalam bentuk jendela (window) dan mengunakan alat mous yang pertama.
6. Komputer Generasi V (sekarang dalam tahap perkembangan)
Komputer generasi kelima sedang dalam perkembangan komputer yang digunakan adalah VLSI (Very Large Scale Intergration) disamping VLSI juga sedang dilakukan pengembangan terhadap Josephson Junction yang memungkinkan bias menggantikan chip. Josephson mempunyai kemampuan memproses milyard oprasi per detik jepang adalah Negara yang mempelopori perkembangan generasi kelima.

B. SEJARAH BAHASA PEMROGRAMAN PASCAL
Bahasa pemrograman adalah sesuatu yang mutlak harus dipahami jika ingin membuat suatu aplikasi. Berdasarkan hal tersebut maka perlu kiranya kita belajar sebuah bahasa pemrograman yang lebih sederhana dan relatif lebih mudah untuk dipelajari oleh seorang pemula. Bahasa pascal adalah salah satu jenis bahasa tingkat tinggi yang relatif lebih mudah untuk dipelajari.
Bahasa pemrograman Pascal adalah salah satu bahasa tingkat tinggi yang merupakan bahasa pemrograman prosedural yang banyak dipakai untuk mengenalkan pemrograman bagi pemula, selain itu bahasa pascal relatif mudah untuk dipelajari, sehingga dapat diadikan sebagai dasar acuan untuk belajar Bahasa Pemrograman. Telah banyak literatur mengenai bahasa pemrograman pascal dengan berbagai versi, yang semakin memudahkan untuk mempelajarinya. Program dalam bahasa pemrograman Paskal cukup banyak variannya seperti Delfi, yang merupakan fisual pascal, juga masih banyak lagi. Paskal juga memiliki beberapa versi yang beredar di pasaran seperti UCSD Pascal, Ms-Pascal, Apple Paskal, Free Pascal.Turbo Paskal, dan sebagainya.
Pascal adalah salah satu bahasa pemrograman yang sering dijadikan rujukan sebagai media untuk mempelajari bahasa pemrograman. Jogianto (1997:1) menguraikan bahwa Pascal merupakan sebuah program tingkat tinggi (hight level lague) yang orientasnya pada segala tujuan. Berdasarkan paparan diatas maka tepat kiranya jika pascal dijadikan sebagai media unruk mempelajari bahasa pemrograman. Selain itu juga dipaparkan oleh Jogianto (1997:2) pascal juga memiliki banyak versi dan dapat digunakan pada banyak sistem operasi. Karena bannyaknya versi dan farian dari pascal maka pascal di standarisasi oleh bergai lembaga untuk kepentingan di kawasannya masing-masing.
Pascal memiliki stuktur program yang boleh dikatakan cukup sederhana seperti diuraikan jogianto (1997:2) “program pascal terdiri dari judul program (program heading) dan satu blok program (body program), blok program di bagi menjadi dua bagian yaitu bagian deklarasi (declaration part) dan bagian pernyataan (stetment part). Bagian deklarasi terdiri dari deklarasi label (labels deklaration), deklarasi konstanta (constans deklaration), deklarasi tipe (type deklaration), deklarasi variabel (variables deklaration), deklarasi prosedur (procedures deklaration), deklarasi fungsi (fungtion deklaration)”.
Tata aturan dalam penulisan teks sebenarnya pascal tidak banyak memiliki tata aturan penulisan, tetapi kiranya dianjurkan untuk penulisan menggunakan sitematika yang baik. Seperti yang dipaparkan oleh Jogianto (1997:6) bahwa program pascal tidak mengenal aturan penulisan kolom tertentu, jadi boleh ditulis mulai dari kolom berapapun. Tetapi ada aturan penulisan pada sebuah stetmen, dalam program pascal selalu diakhiri dengan tanda titik koma (;).
Penulisan perintah untuk menjalankan program dalam pascal diperlukan setetmen yaitu perintah pengerjaan tahap-tahap program dari mulai awal sampai akhir seperti yang di ungkapkan Alwin Sanjaya (2003:2) “Statemen adalah perintah untuk pengerjaan program pascal. Statemen terletak di bagian deklarasi, statemen dengan diawali oleh kata cadangan BEGIN dan diakhiri dengan kata cadangan END. Akhir dari setiap statemen diakhiri dengan titik koma [;]. Statemen statemen dalam bahasa Pascal terdiri dari pernyataan yang berupa fungsi dan prosedur yang telah disediakan sebagai perintah standar Pascal”.
Pascal adalah bahasa tingkat tinggi (high level language) yang orientasinya pada segala tujuan, dirancang oleh Profesor Niklaus Wirth dari Technical University of Zurich, Switzerland. Nama Pascal diambil sebagai penghargaan terhadap Blaise Pascal, ahli matematik dan filosofer terkenal abad 17 dari Perancis.
Profesor Niklaus Wirth memperkenalkan kompiler bahasa Pascal pertama kali untuk komputer CDC 6000 (Control Data Corporation) yang dipublikasikan pada tahun 1971 dengan tujuan membantu mengajar program komputer secara sistematis, khususnya untuk memperkenalkan pemrograman terstruktur.
Dalam waktu singkat, Pascal telah menjadi bahasa yang populer di kalangan pelajar universitas dan merupakan bahasa yang diajarkan di beberapa perguruan tinggi. Beberapa profesional komputer juga mulai beralih ke bahasa Pascal. Kenyataannya, Pascal merupakan bahasa yang paling cepat populer dibandingkan dengan bahasa-bahasa komputer tingkat tinggi yang lainnya. Bahasa pemrograman Pascal Mempunyai beberapa Kelebihan seperti:
 Tipe Data Standar, tipe-tipe data standar yang telah tersedia pada kebanyakan bahasa pemrograman. Pascal memiliki tipe data standar: boolean, integer, real, char, string,
 User defined Data Types, programmer dapat membuat tipe data lain yang diturunkan dari tipe data standar.
 Strongly-typed, programmer harus menentukan tipe data dari suatu variabel, dan variabel tersebut tidak dapat dipergunakan untuk menyimpan tipe data selain dari format yang ditentukan.
 Terstruktur, memiliki sintaks yang memungkinkan penulisan program dipecah menjadi fungsi-fungsi kecil (procedure dan function) yang dapat dipergunakan berulang-ulang.
 Sederhana dan Ekspresif, memiliki struktur yang sederhana dan sangat mendekati bahasa manusia (bahasa Inggris) sehingga mudah dipelajari dan dipahami.
Standar Pascal adalah bahasa Pascal yang didefinisikan oleh K.Jensen dan Niklaus Wirth. Penerapan nyata dari standar Pascal banyak yang berbeda dengan seperti apa yang telah didefinisikan oleh K. Jensen dan Niklaus Wirth. Standar Pascal di Eropa didefinisiakn oelh ISO (International Standards Organization) dan di Amerika oleh kerjasama antara ANSI (American National Standar Institute) dengan IEEE (Intitute of Electrical and Electronic Engineer).
Bahasa PASCAL juga merupakan bahasa yang digunakan sebagai standar bahasa pemrograman bagi tim nasional Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI). Selain itu, Bahasa PASCAL masih digunakan dalam IOI (International Olympiad in Informatics).
Terdapat beberapa versi dari pascal yang telah berada di pasaran dan sampai saat ini untuk komputer-komputer micro personal Turbo Pascal merupakan yang paling populer dan banyak digunakan. Turbo Pascal banyak di gemari karena bersifat interaktif. Selain itu Turbo Pascal mengikuti definisi dari standar pascal yang didefinisikan oleh K. Jansen dan Niclaus Wirht di Pascal User Manual and Report. Turbo Pascal adalah copiright dari BORLAND Inc.
Beberapa versi dari Pascal yang telah beredar di pasaran, di antaranya UCSD pascal (University of California at San Diego Pascal), MS-Pascal (Microsoft Pascal), Apple Pascal, Turbo Pascal dan lain sebagainya. Sampai saat ini untuk komputer-komputer mikro dan personal, Turbo Pascal merupakan versi bahasa Pascal yang paling populer dan banyak digunakan. Kompiler Turbo Pascal banyak digemari, karena terutama bersifat interaktif, seperti interpreter saja layaknya. Selain itu Turbo Pascal mengikuti definisi dari standar Pascal seperti yang didefinisikan oleh K. Jensen dan Niklaus Wirth di Pascal User Manual dan Report. Turbo PASCAL adalah copyright dari Borland Inc. dan dapat digunakan pada sistem operasi PC-DOS, MS-DOS, CPM-86 dan CP/M-80. Berikut yang penulis pakai adalah Turbo Pascal versi 7.0.
1. Turbo Pascal
Kompiler Pascal dari Borland yang begitu terkenal diseluruh dunia, dikenal dengan nama Turbo Pascal, diperkenalkan pada tahun 1983, mengimplementasikan “Pascal User Manual and Report” oleh Jensen dan Wirth. Kompiler Turbo Pascal telah menjadi salah satu dari kompiler terlaris sepanjang masa, dan membuat bahasa ini sangat populer pada platform PC, dikarenakan keseimbangan antara kemudahan penggunaan dan kemampuan/kekuatan.
Turbo Pascal memperkenalkan suatu Integrated Development Environment (IDE) dimana Anda dapat mengedit code (dalam sebuah editor yang kompatibel dengan WordStar), menjalankan kompiler, melihat kesalahan yang ada, dan melompat kembali ke baris yang mengandung kesalahan tersebut. Hal ini mungkin kedengarannya sangat sepele pada dewasa ini, tapi pada masa sebelumnya Anda harus keluar dari editor, kembali ke DOS; menjalankan kompiler dari command-line, menuliskan nomor baris yang salah, membuka editor dan melompat ke baris tersebut.
Terlebih lagi Borland menjual Turbo Pascal seharga 49 dollar, dimana kompiler Pascal dari Microsoft dijual dengan harga ratusan dollar. Keberhasilan Turbo Pascal selama sekian tahun juga dikarenakan Microsoft membatalkan produk kompiler Pascal mereka.
2. Delphi’s Pascal
Setelah 9 versi dari kompiler Turbo dan Borland Pascal, yang secara perlahan mengembangkan bahasa ini, Borland meluncurkan Delphi pada tahun 1995, mengubah Pascal menjadi sebuah bahasa pemrograman visual.
Delphi mengembangkan bahasa Pascal dalam sekian banyak cara, termasuk pengembangan berorientasi objek yang berbeda dari produk Object Pascal lain, termasuk dari kompiler Borland Pascal with Objects.


BAB II
KESIMPULAN
Secara umum pengertian komputer adalah seperangkat alat eletronik yang mengolah data-data menjadi informasi bantuan instuksi yang dimegerti oleh komputer yang disebut bahasa program. Komputer begitu penting terutama dalam menunjang kegiatan bisnis.
Dengan menggunakan komputer dalam memecahkan suatu masalah, maka akan merasakan manfaat yang besar dalam hal : efisien waktu, biaya dan tenaga, kecermatan dan ketelitian perhitungan, ketetapan suatu analisa jumlah data yang dapat diolah besar dapat memecahkan masalah-masalah yang rumit yang tidak dilakukan tanpa menggunakan komputer. Hasil komputer dapat disajikan lebih baik dan menarik.
Komputer bermacam-macam jenis dan ukurannya, tetapi berdasarkan lemampuannya (kecepatan, kapasitas memory dan ukurannya), komputer dapat dikelompokkan, berdasarkan jenis datanya, berdasarkan kemampuannya, berdasarkan segi kehunaannya.
Sejarah perkembangan komputer dapat dikatakan telah mengalami 6 generasi yaitu Pra generasi (sebelum tahun 1946), Generasi I (tahun 1946-1959), Generasi II (tahun 1959-1965), Generasi III (tahun 1965-1970), Generasi IV (sejak tahun 1970), Generasi V (sekarang dalam tahap perkembangan).
Bahasa pemrograman Pascal adalah salah satu bahasa tingkat tinggi yang merupakan bahasa pemrograman prosedural yang banyak dipakai untuk mengenalkan pemrograman bagi pemula, selain itu bahasa pascal relatif mudah untuk dipelajari, sehingga dapat diadikan sebagai dasar acuan untuk belajar Bahasa Pemrograman.
Pascal adalah bahasa tingkat tinggi (high level language) yang orientasinya pada segala tujuan, dirancang oleh Profesor Niklaus Wirth dari Technical University of Zurich, Switzerland. Nama Pascal diambil sebagai penghargaan terhadap Blaise Pascal, ahli matematik dan filosofer terkenal abad 17 dari Perancis.
Profesor Niklaus Wirth memperkenalkan kompiler bahasa Pascal pertama kali untuk komputer CDC 6000 (Control Data Corporation) yang dipublikasikan pada tahun 1971 dengan tujuan membantu mengajar program komputer secara sistematis, khususnya untuk memperkenalkan pemrograman terstruktur.
Bahasa pemrograman Pascal Mempunyai beberapa Kelebihan seperti:
 Tipe Data Standar, tipe-tipe data standar yang telah tersedia pada kebanyakan bahasa pemrograman. Pascal memiliki tipe data standar: boolean, integer, real, char, string,
 User defined Data Types, programmer dapat membuat tipe data lain yang diturunkan dari tipe data standar.
 Strongly-typed, programmer harus menentukan tipe data dari suatu variabel, dan variabel tersebut tidak dapat dipergunakan untuk menyimpan tipe data selain dari format yang ditentukan.
 Terstruktur, memiliki sintaks yang memungkinkan penulisan program dipecah menjadi fungsi-fungsi kecil (procedure dan function) yang dapat dipergunakan berulang-ulang.
 Sederhana dan Ekspresif, memiliki struktur yang sederhana dan sangat mendekati bahasa manusia (bahasa Inggris) sehingga mudah dipelajari dan dipahami.


DAFTAR PUSTAKA
Davis, Gordon B. Intoduktion to computer. Third edition Kogafusha McGrow Wiil : Internasional Studen Edition. 1981.
Gunadi, Stion FX. Belajar Sendiri Wordtar Professional Release 5. 5 Cetakan Ke-I Jakarta : PT. Eleex Media Kompotindo Kelompok Gramedia. 1989.
Chandra K. Lan. PC-DOS Versi 3.3 Jakarta : PT. Elex Media Kompotindo Kelompok Gramedia. 1988.
Gunawan, Donny dan Iwan Irawan. Wordstar 5.5. Jakarta : PT. Eleex media Kompotindo Kelompok Gramedia. 1990.
Lous development Corporation. Lotus 1-2-3 Release 2 Manual Reference. USA : Lotus Development Corp. 1987.
Micropro Internation Corporation. Wordstar Propessional Release 4 California : Micropro Internasional. 1987.
Sutantyo, Wirnardi. Secepat dan Semudah Lotus 1-2-3 Versi 2.2. Jakarta : PT. Eleex Media Kompitindo Kelompok Gramedia. 1990
http://www.canboyz.co.cc/2010/06/sejarah-perkembangan-komputer-makalah.html
www.scribd.com/doc/13491747/Bahasa-Pemrograman-Pascal - 135k -

Rabu, 12 Januari 2011

KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA ERA REFORMASI DAN MAKNA KEBEBASAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI ERA OTONOMI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurunnya kualitas pendidikan di tanah air semakin berkembang dengan pesatnya. Padahal, pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan secara menyeluruh. Dan hal ini dipertegas dalam UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 4 yang menyebutkan: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Barangkali pemicu utama dari persoalan tersebut adalah peran serta kebijakan–kebijakan pemerintah yang kurang memihak dunia pendidikan. Butuh kerja keras banyak tangan demi menghadirkan solusi rendahnya kualitas ini. Terlepas dari semuanya, dua dari sekian banyak faktor penyebab kualitas yang rendah pada pendidikan di tanah air ini adalah kebijakan kurikulum dan manajemen pendidikan. Sekian banyak pergantian kurikulum tetap saja tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Ditambah lagi manajemen pendidikan di hampir setiap lembaga pendidikan yang amburadul.
Menurut Agus Suwigno, kurikulum memang bukan satu-satunya penentu mutu pendidikan. Ia juga bukan perangkat tunggal penjabaran visi pendidikan. Meskipun demikian, kurikulum menjadi perangkat yang strategis untuk menyemaikan kepentingan dan membentuk konsepsi dan perilaku individu.
Sedangkan untuk manajemen pedidikan, ternyata masih banyak yang beranggapan bahwa manajemen pendidikan tidaklah mempunyai peran dalam dunia pendidikan karena persepsi yang keliru bahwa domain manajemen adalah bisnis. Banyak penyelenggara pendidikan yang bahkan masih belumk melihat perlunya manajemen dalam penyelenggaraan pendidikan. Kalaupun diterapkan, manajamen pendidikan nasional sementara ini secara keseluruhan masih bersifat sentralistis sehingga kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa periode perkembangan yang dinamis dan memperlihatkan kompleksitas hubungan antara pendidikan dan politik. Setiap periode ditandai oleh adanya infiltrasi politik terhadap sistem penyelenggaraan pendidikan dan implikasi sistem pendidikan terhadap dinamika politik. Sketsa penyelenggaraan pendidikan di negeri ini dapat dibagi menjadi enam periode perkembangan.
Periode pertama adalah periode awal atau periode prasejarah yang berlangsung hingga pertengahan tahun 1800-an.
Periode kedua adalah periode kolonial Belanda yang berlangsung dari tahun 1980-an hingga tahun 1945.
Periode ketiga adalah periode pendudukan Jepang yang berlangsung dari tahun 1942 hingga tahun 1945.
Periode keempat adalah periode Orde Lama yang berlangsung dari tahun 1945 hingga tahun 1966.
Periode kelima adalah periode orde baru yang berlangsung dari tahun 1967 hingga tahun 1998.
Periode keenam adalah periode reformasi yang dimulai pada tahun 1998, seiring dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru.

B. Definisi Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang harus dibuat dengan pertimbangan berbagai aspek demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu. Aspek–aspek tersebut meliputi pendidik, peserta didik dan masyarakat.

C. Perkembangan Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum yang terdapat dalam dunia pendidikan di Indonesia haruslah sesuai dengan perkembangan zaman agar lulusan yang dihasilkan adalah lulusan yang berkualitas dan tidak bertolak belakang dari tujuan pendidikan nasional.
Perubahan zaman mengakibatkan perubahan kurikulum itu sendiri. Dan dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah terjadi enam kali perubahan kurikulum. Yakni, pada rentang waktu tahun 1945-1949 dikeluarkan Kurikulum 1947. Tahun 1950-1961, ditetapkan Kurikulum 1952. Kurikulum terakhir pada masa Orde Lama adalah Kurikulum 1964.
Meskipun begitu, perubahan kurikulum nasional kebanyakan hanya menitikberatkan pada perubahan konsep tertulis saja seperti buku–buku pelajaran dan silabus tanpa mau memperbaiki proses pelaksanaannya di tingkat sekolah.
Apalagi banyaknya kepentingan politik dan ekonomi yang mewarnai kurikulum nasional menambah semakin sulit tercapainya sasaran utama pendidikan di Indonesia yakni mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum Pendidikan di Indonesia Pada Era Reformasi dan Makna Kebebasan Guru Dalam Pembelajaran Di Era Otonomi Pendidikan
Periode era reformasi yang dimulai pada tahun 1998, seiring dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru. Pada periode ini semangat desentralisasi, demokratisasi, dan globalisasi yang dibawa oleh gerakan reformasi menjalar ke semua sektor pembangunan, termasuk sektor pendidikan sehingga menjadi menu utama penataan sistem pendidikan nasional
Pada era reformasi muncul Kurikulum 2004 yang dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pada tahun 2006 dilengkapi dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi (Sisko) yang memandu sekolah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Otonomi pendidikan sebagai hasil dari perjuangan reformasi di bidang pendidikan pada akhirnya memunculkan beberapa kebijakan di bidang pendidikan seperti Manajemen Berbasis Sekolah (school-based management), dan rencana implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (curriculum-based competence), dan Kurikulum Berbasis Sekolah (school-based curriculum).
Reformasi di bidang pendidikan, meskipun dikatakan oleh Surakhmad (2002) secara psikologis dan politis dirasakan amat terlambat dan secara teknis dikatakan terlalu cepat, pada dasarnya merupakan salah satu dari ‘tekad’ dan ‘gebrakan’ bangsa Indonesia yang harus tetap dijaga untuk melakukan perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Berbagai predikat, peristiwa dan kasus ‘negatip’ yang telah dan sedang dialami bangsa Indonesia, seperti sebutan bangsa yang akrab dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme dengan segala perangkat kata sinonimnya, sebagiannya adalah karena akibat dari salah urus dalam menata pendidikan. Dari kondisi itu tidak mengherankan kalau kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan, berada pada urutan paling belakang dibandingkan dengan pendidikan bangsa-bangsa lain di tingkat regional maupun internasional. Hal tersebut tercermin, antara lain, dari hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) yang dilaksanakan oleh International Educational Achievement (IEA) menunjukkan bahwa peserta didik SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), studi untuk kemampuan matematika, peserta didik SLTP di Indonesia hanya berada pada urutan ke-39 dari 42 negara, dan untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) juga berada pada peringkat ‘buncit’, yaitu urutan ke-40 dari 42 negara peserta (Bappenas, 2000).
Sebagai wujud reformasi di bidang pendidikan itu, maka bermunculan berbagai perubahan dan penyempurnaan peraturan perundangan seperti: perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Sebagai Badan Hukum, PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar; disempurnakan menjadi PP Nomor 55 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.
Di samping itu, sebagai bentuk realisasi dari keinginan reformasi dan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan seperti yang dituangkan dalam Propenas, Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia menerbitkan surat Keputusan Mendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Surat keputusan itu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Beberapa perubahan dan penambahan aturan perundangan itu diharapkan mampu mengangkat kualitas pendidikan di Indonesia sesuai dengan keinginan dan demokratisasi pendidikan. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), sebenarnya merupakan bentuk riil keinginan bangsa Indonesia untuk menuju sistem penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik, demokratis dan manusiawi. Keinginan dan harapan perubahan itu paling tidak seperti yang dicantumkan dalam Buku Pedoman Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) oleh Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen Depdiknas seperti yang diadopsi dalam bagan berikut.
















Bagan Dimensi-dimensi Perubahan Pola Manajemen pendidikan
Diadaptasi dari Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen, Depdiknas 2001

Meskipun implementasi MBS ini memerlukan perjuangan berat bangsa Indonesia dan membutuhkan waktu yang cukup panjang (time consuming), dalam pandangan Noble (1996), MBS itu diharapkan dapat: (1) meningkatkan prestasi akademik peserta didik (academic achievement), (2) meningkatkan pertanggung jawaban (accountability) diantara para pengambil kebijakan, (3) meningkatkan pemberdayaan (empowerment) ke arah perbaikan budaya sekolah (school culture), dan untuk kegunaan politis (political utility) karena para pengambil kebijakan di masyarakat (local players) benar-benar mengetahui apa yang diperlukan untuk meningkatkan sekolah.
Desentralisasi pendidikan di samping merupakan kebijakan yang diharapkan mampu menumbuh-suburkan proses demokratisasi pendidikan, kebijakan itu juga dapat menciptakan pendidikan yang lebih demokratis. Zamroni (2001) melukiskan paradigma pendidikan yang demokratis itu dan membandingkannya dengan paradigma birokratis seperti yang pernah dipraktekkan bangsa Indonesia selama beberapa dekade yang lalu. Ilustrasi pendidikan yang demokratis itu tertuang pada tabel berikut.
Muara dari tuntutan dan keinginan bangsa Indonesia tentang desentralisasi atau otonomi pendidikan itu adalah pada Manajemen Berbasis Sekolah (School-Based Management), yang kemudian konsekuensi logisnya akan diikuti dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (curriculum-based competence), dan Kurikulum Berbasis Sekolah (school-based curriculum) serta Penilaian Berbasis Kelas (classroom-based evaluation). Meskipun di negara-negara lain manajemen berbasis sekolah (MBS) itu telah digulirkan sejak tahun 1970-an, MBS mencuat kuat di Indonesia sejak tahun 2000-an, karena adanya reformasi di bidang pendidikan.
Tabel 1
Perubahan Paradigma Menuju Pendidikan Demokratis

No. Aspek Paradigma Pendidikan Birokratis Herarkis Paradigma Pendidikan Demokratis
1. Perencanaan Top – down Buttom – up
2. Pelaksanaan Didasarkan instruksi – petunjuk Didasarkan atas profesionalitas
3. Standard Out put dan proses: nasional – makro Out put nasional makro, proses lokal mikro
4. Target Nasional – makro Level sekolah – wilayah terbatas
5. Pemahaman tujuan target Didasarkan atas pedoman dari pusat Didasarkan atas kondisi sekolah
6. Sistem insentif Seragam dan kepatuhan Sistem prestasi
7. Umpan balik orang tua peserta didik Tidak diperlukan, kecuali bagi peserta didik yang bermasalah Diperlukan secara teratur
8. Orientasi Pengembangan intelektual (NEM) Pengembangan aspek intelektual, personal dan sosial
9. Persepsi terhadap input Masukan peserta didik diperlukan sebagai raw input yang menentukan hasil akhir Masukan peserta didik bukan merupakan raw input melainkan klien yang memerlukan pelayanan jasa sekolah
10. Evaluasi Dilaksanakan pada titik-titik waktu tertentu dan bersifat seragam Dilaksanakan sepanjang waktu dengan menekankan kebutuhan sekolah
11. Kontrol sekolah Oleh atasan Oleh orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar
12. Pengambilan keputusan Ada di tangan kepala sekolah dengan perkenan atasan Rapat guru, orang tua peserta didik dan kepala sekolah
13. Peran orang tua peserta didik dan masyarakat Terbatas menyediakan dana Terlibat dalam seluruh proses pendidikan, kecuali menentukan nilai

Menurut Cheng (2001), MBS merupakan salah satu kecenderungan internasional yang paling menonjol dalam reformasi di bidang pendidikan (the most salient international trends of school reform). MBS memberikan banyak kesempatan dan kebebasan kepada para guru, orang tua, pendidik, pengelola pendidikan, dan pemimpin pendidikan untuk memikirkan kembali praksis pendidikan, mengembangkan mereka sendiri, mengubah peranan dan membuat inovasi serta meningkatkan kualitas lulusan.

B. Kebebasan Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran
Kelas merupakan unit terkecil tetapi terdepan tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Meskipun sebagai unit terkecil, tempat proses pembelajaran itu memegang peranan paling penting dalam pembentukan kualitas peserta didik. Mengingat pentingnya peranan kelas ini, maka kemerdekaan guru dalam membina berlangsungnya proses pembelajaran harus memperoleh perhatian yang proporsional dalam perbaikan kualitas pendidikan melalui desentralisasi pendidikan atau manajemen berbasis sekolah.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berkaitan langsung dengan proses pembelajaran di kelas. Sebagai contoh Noble (1996), mengatakan bahwa MBS berkorelasi positif terhadap kehadiran guru (attendance), kepercayaan (trust) dan kepuasan guru (job satisfaction) dalam mengajar. Keempat hal itu merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran di kelas. Hal ini merupakan isu yang amat penting karena guru sebenarnya merupakan orang nomor satu dan mempunyai otoritas penuh dalam menentukan proses pembelajaran di kelas. Agar tercipta pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan keinginan perbaikan kualitas pendidikan, maka perlu dilihat terlebih dahulu bagaimana pemahaman guru tentang otonomi pendidikan, skenario pembelajaran ke depan, serta tantangan guru dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (curriculum based competency).
Kesempurnaan ketiga hal di atas merupakan kunci suksesnya perbaikan kualitas melalui desentralisasi pendidikan.

C. Pemahaman Guru Tentang Otonomi Pendidikan
Hasil pengamatan penulis terhadap pemahaman guru tentang implementasi desentralisasi pendidikan di lapangan masih menunjukkan hal yang cukup bervariasi, dan belum semua guru benar-benar mengetahui pemberlakuan dan makna desentralisasi pendidikan di sekolah. Hal ini paling tidak dapat dibedakan menjadi dua kelompok yang cukup dominan, yaitu:
Sebagian guru, baik pada pendidikan dasar maupun menengah rajin mengikuti perkembangan kebijakan pendidikan. Kelompok ini diwakili oleh mereka yang berada di perkotaan, mereka cukup mempunyai kreativitas dan keingintahuan (curiousity) yang cukup tinggi untuk meng ‘up date’ ilmu pengetahuan yang mereka kuasai.
Mereka merasakan bahwa desentralisasi pendidikan memberikan perbedaan kebebasan guru dalam penjabaran kurikulum, penentuan buku pelajaran (termasuk penentuan penerbit) serta pelaksanaan evaluasi, misalnya Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) atau Ujian Akhir Sekolah (UAS). Dalam hal ini para guru merasa lebih bebas, lebih leluasa, tidak kaku dan tidak terpaku oleh aturan-aturan baku yang sentralistik, sehingga mereka lebih bisa berkreasi dan berinovasi. Untuk itu, ada sekolah-sekolah yang mampu menerapkan kebijakan ‘full day school’.
Menurut sebagian guru Taman Kanak-kanak yang sebelumnya cukup kreatif, perbedaan sistem sentralisasi dan desentralisasi hampir tidak ada. Para guru tetap mengacu pada kurikulum 1994 dan mereka mengembangkan sendiri tema-tema yang akan diajarkan di kelas. Dengan tema-tema itu mereka dituntut untuk kreatif mengembangkan ide-idenya disesuaikan dengan lingkungan masing-masing. Di samping itu, mereka merasa lebih leluasa karena mereka memang tidak mempunyai buku pegangan seperti guru-guru pada jenjang-jenjang pendidikan di atasnya.
Dengan sistem desentralisasi, guru menjadi fasilitator yang membelajarkan peserta didik. Sebagai subjek, peserta didik harus lebih aktif belajar, mengkonstruksi sendiri pikirannya tentang sesuatu yang sedang dipelajari.
Di balik pemahaman yang cukup bagus tentang desentralisasi pendidikan, sebagian guru yang lain, terutama di daerah pedesaan dan jauh dari sentuhan media masa, tidak tahu menahu bahkan tidak merasakan makna perubahan dari sistem sentralisasi ke desentralisasi, mereka masih melaksanakan kebiasaan-kebiasaan lama. Hampir senada dengan hal itu, guru senior pada umumnya bertahan dengan melakukan kegiatan yang sentralistis. Padahal, perbedaan pemberlakuan sistem penyelenggaraan pendidikan itu sangat berkait dengan ‘kemerdekaan’ proses pembelajaran yang telah mereka alami sebelumnya dan kemampuan guru yang bersangkutan.
Dijumpai juga kepala sekolah yang mengkaitkan desentralisasi pendidikan itu dengan kesiapan serta profesionalisme guru. Desentralisasi pendidikan menyebabkan guru kebingungan karena mereka harus betul-betul mengoptimalkan perannya secara menyeluruh, peran yang selama ini belum pernah mereka lakukan. Sebagai contoh, di era sentralisasi mereka cenderung mengutamakan lima mata pelajaran yang di-EBTANAS-kan, sementara saat sekarang mereka harus mempersiapkan semua mata pelajaran dengan menyeluruh dan profesional.

D. Otonomi Guru dalam Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi
Salah satu bentuk inovasi pendidikan yang saat ini sedang diuji-cobakan adalah ‘Kurikulum Berbasis Kompetensi’ (curriculum-based competency). Meskipun ujicoba itu belum diketahui hasilnya, Kurikulum Berbasis Kompetensi ini direncanakan akan diimplementasikan di sekolah-sekolah di Indonesia tahun 2004 sebagai pengganti Kurikulum 1994.
Kurikulum berbasis kompetensi pada dasarnya merupakan perangkat rencana pembelajaran, pengaturan kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, penilaian, kegiatan pembelajaran dan pengembangan sumber daya sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada peserta didik, serta pada pada keberagaman sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kurikulum ini diharapkan dapat benar-benar membuat peserta didik mempunyai kompetensi pada mata pelajaran yang diajarkan, yaitu tidak hanya sampai pada ranah kognitif tingkat rendah, tetapi harus sampai pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor tingkat tinggi.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) menyebutkan bahwa peran dan tanggung jawab guru dalam implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi ini adalah: 1) mempelajari dan memahami kurikulum, 2) menyusun silabus yang sesuai dengan kebutuhan, 3) melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan, 4) mengumpulkan dan berbagi gagasan dengan sesama guru tentang perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, 5) menghadiri pertemuan-pertemuan di sekolah, KKG/MGMP, tingkat kecamatan, kabupaten atau kota dan propinsi, 6) menyelesaikan tugas-tugas administrasi pembelajaran.
Dalam melaksanakan penilaian, guru harus: 1) memandang penilaian sebagai bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, 2) mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat dalam mengevaluasi dan bercermin diri, 3) melakukan berbagai strategi penilaian untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik, 4) mengakomodasi kebutuhan khusus peserta didik, 5) mengembangkan sistem pencatatan dengan variasi cara dalam pengamatan belajar peserta didik, 6) menggunakan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan tentang tingkat pencapaian peserta didik.
Untuk menjaring hasil kerja yang dilakukan peserta didik, maka dalam melaksanakan penilaian guru dapat melakukan berbagai bentuk tes, seperti tes tertulis, tes penampilan (performance), penugasan atau proyek dan kumpulan hasil kerja dan tugas peserta didik dengan disertai komentar guru (portofolio).
Dengan memperhatikan rencana pemberlakuan dan muatan Kurikulum Berbasis Kompetensi seperti tersebut di atas, di satu sisi guru memang mempunyai kebebasan dalam melakukan pembelajaran, mulai dari menyusun silabus, melaksanakan pembelajaran di kelas sampai dengan melakukan evaluasi. Namun di sisi lain, kebebasan itu harus disertai dengan tanggung jawab dan volume tugas yang lebih berat. Oleh karena itu, pemberlakuan kurikulum baru itu harus diikuti oleh pembaharuan yang lain, seperti desiminasi kepada guru, pengurangan jumlah peserta didik maksimal dalam satu rombongan belajar. (Jumlah 40 peserta didik dalam satu rombongan belajar seperti yang diharapkan Puskur Balitbang Depdiknas, adalah jumlah yang masih terlalu besar). Tanpa sentuhan lain dari komponen pendidikan, pemberlakuan kurikulum baru itu hanya sekedar menjadi inefisiensi kebijakan.




BAB III
SIMPULAN

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa periode perkembangan yang dinamis dan memperlihatkan kompleksitas hubungan antara pendidikan dan politik. Setiap periode ditandai oleh adanya infiltrasi politik terhadap sistem penyelenggaraan pendidikan dan implikasi sistem pendidikan terhadap dinamika politik. Sketsa penyelenggaraan pendidikan di negeri ini dapat dibagi menjadi enam periode perkembangan, diantaranya periode era reformasi.
Periode era reformasi yang dimulai pada tahun 1998, yang muncul Kurikulum 2004 yang dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pada tahun 2006 dilengkapi dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi (Sisko) yang memandu sekolah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pintu otonomi pendidikan nasional telah dibuka lebar oleh pemerintah Indonesia. Berbagai perangkat peraturan dan kebijakan di bidang pendidikan telah dibuat, baik berkait dengan sistem manajemen pendidikan, maupun rencana pembaharuan kurikulumnya. Pembaharuan-pembaharuan itu berimplikasi terhadap kemerdekaan guru dalam mengkreasi proses pembelajaran di kelas.
Proses mengajar dan belajar yang sesuai dengan tuntutan otonomi pendidikan di atas adalah proses yang demokratis dan kooperatif. Untuk membuat guru mampu mengajar secara lebih demokratis, koperatif dan berkompeten seperti idealisme ‘tripilization’, pemerintah dan bangsa Indonesia masih harus bekerja keras memperbaiki komponen pendidikan yang lain, seperti kualitas dan mentalitas guru, sarana dan prasarana pembelajaran. Tanpa sentuhan komponen yang lain sebagai bagian dari suatu sistem pendidikan nasional, perubahan pembaharuan itu hanya akan menjadi kebijakan yang tidak efektif dan efisien.



DAFTAR PUSTAKA

Cheng, Y.C., 2001. ‘New Vision of School-based Management: Globalization, Localization, dan Individualization’. Paper presented on the First National Conference on School-based Management organized by the Ministry of Education of the Israel Government, Kfar Maccabiah, 1 – 6 April 2001.
DePorter, D. dan Hernacki, M., 2000. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Direktorat SLTP, Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.
Dryden, G dan Vos, J., 2002. Revolusi Cara Belajar. Bandung: Kaifa.
Lyman, Lawrence; Foyle, Harvey C. 1988 Cooperative Learning Strategies and Children. ERIC Digest. http://ericae.net/edo/ED306003.htm
Martin, B.J. (tanpa tahun), Curriculum and Instruction. http://www.ccs.k12.nc.us/bmes/ curr.htm
Muhammad, Hadiyanto dan Nurli, 1999, Perbaikan Iklim Kelas yang Kurang Demokratis pada Sekolah Dasar No. 19 Padang Utara, Forum Pendidikan No. 01/ThXXIV Maret 1999
Noble, A.J., Deemer, S., and Davis B., 1996. School-based Management. http://www. rdc.udel.edu/pb9601.html
Bappenas, 2000. Program Pembangunan Nasional, http://www.bappenas.go.id/bap_ ind.html
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Surakhmad, W., 2002. ‘Implikasi Manajemen Pendidikan Nasional dalam Konteks Otonomi Daerah’ Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Manajemen Pendidikan, tanggal 8 s/d 10 Agustus 2002 di Hotel Indonesia, Jakarta.
Zamroni, 2001. Pendidikan untuk Demokrasi, tantang menuju civil society. Yogyakarta: Biograf Publishing
Hadiyanto, 2002. Makna Kebebasan Guru Dalam Pembelajaran Di Era Otonomi Pendidikan
Peran Penting Kurikulum dan Manajemen Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Nasional
Sopacua, Henry Marijes S.Pd, SH, MH, “Tanggung jawab pemerintah daerah Dalam pemenuhan hak atas pendidikan”

MEDIA PEMBELAJARAN

MEDIA PEMBELAJARAN
Bersumber dari buku
•Strategi Belajar Mengajar, karangan prof.Pupuh Fathurrohman
dan M.Sobry Sutikno,M.Pd
•Strategi Pembelajaran, karangan Dr.Wina Sanjaya, M.Pd



Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti pengantara atau pengantar.
Dalam buku Strategi Pembelajaran, karangan Dr.Wina Sanjaya, M.Pd, menurut Atwi Suparman (1997) bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan.
Dalam buku Strategi Belajar Mengajar, karangan prof.Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry Sutikno,M.Pd. menurut Rossi Breidle (1980:3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise, buku, Koran, majalah dan sebagainya.
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely (1980:244) menyatakan bahwa secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Ada juga yang berpendapat bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
Jadi, dapat saya simpulkan bahwa media pembelajaran itu adalah suatu alat yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung melalui proses pembelajaran antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar. Sedangkan, yang dimaksud dengan belajar itu sendiri adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh melalui aktifitas sendiri pada situasi yang sebenarnya. Contohnya, agar siswa belajar bagaimana mengoprasikan computer, maka guru menyediakan computer untuk digunakan oleh siswa. Pengalaman langsung semacam itu tentu saja merupakan proses belajar yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari.
Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung. Untuk mempelajari bagaimana kehidupan makhluk hidup di dasar laut, tidak mungkin guru membimbing siswa langsung menyelam ke dasar laut. Untuk memberikan pengalaman belajar semacam itu, guru memerlukan alat bantu seperti film atau foto-foto dan lain sebagainya. Dan disinilah media atau alat peraga diperlukan sebagai pengalaman tidak langsung.
Jadi, tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan tertentu media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami.
Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal ynag konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar sering kali bersentuhan dengan hal-hal yang bersufat kompleks, maya dan berada dibalik realitas. Karena itu, media memiliki andil umtuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran.

Dalam buku Strategi Pembelajaran, karangan Dr.Wina Sanjaya, M.Pd, dikemukakan bahwa media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk :
a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
b. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu
c. Menambah gairah atau motivasi belajar siswa

Sedangkan dalam buku Strategi Belajar Mengajar, karangan prof.Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry Sutikno,M.Pd. dikemukakan beberapa fungsi pembelajaran, diantarany :
a. Menarik perhatian siswa
b. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran
c. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalm bentuk kata-kata tertulis atau lisan)
d. Mengatasi keterbatasan ruang
e. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif
f. Waktu pembelajaran bias dikondisikan
g. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
h. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu / menimbulkan gairah atau semangat belajar
i. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam
j. Meningkatkan kadar keaktifan / keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran

Maka dalam hal ini di9harapkan pemahaman guru terhadap media menjadi jelas, sehingga dapat memanfaatkan media secara tepat. Oleh karena itu, guru perlu menentukan media secara terencana, sistematik dan sistemik (sesuai system belajar mengajar).
Tetapi, seberapa pentingnya peran media dalm pengajaran, tetap tidak bisa menggeser peran guru sebagai pendidik, karena media hanya berupa alat Bantu yang memfasilitasi guru dalam pengajaran.

Pada buku Strategi Pembelajaran, karangan Dr.Wina Sanjaya, M.Pd, dan buku Strategi Belajar Mengajar, karangan prof.Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry Sutikno,M.Pd. Macam-macam media tidak jauh berbeda dalam penjelasannya. Dilihat dari jenis atau sifatnya, media dapat dibagi ke dalam :
a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
b. Media visual, yaitu madia yang hanya mengandalkan indra penglihatan
c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsure gambar yang bias dilihat
Dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Media dengan daya liput yang luas dan serentak. Contoh, radio dan televisi
b. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat. Contoh, film, video,
dsb

Jadi media bisa berperan sebagai sumber belajar, maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Beberapa sumber belajar yang biasa dimanfaatkan oleh guru diantaranya :
a. Manuasia sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran
b. Alat dan bahan pengajaran
c. Berbagai aktivitas dan kegiatan
d. Lingkungan atau setting
Jadi, dapat saya simpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dalam menggunakn media sebagai alat Bantu dalam proses pembelajaran bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses
pembelajaran, akan tetapi juga bias membuat proses pembelajaran lebih menarik dan memberikan semangat belajar kepada peserta didik.

Menanti Jawaban

kegundahan yang selama ini tersimpan di hati ku.
kini mulai terjawab satu per satu akan jawaban yang ku tunggu.
walaupun belum pasti adanya.
namun, ku sadari, semua itu tak semudah membalikan telapak tangan.
ternyata butuh waktu dan proses dalam menunggu dan tahu jawaban yang sebenarnya.
pahit, aku harus siap untuk menerimanya.
walaupun sakit, aku harus mampu menahannya.
manis, itu yang selalu aku harapkan.
namun terkadang semua yang diinginkan tidak slamanya sesuai dengan kenyataan.
ikhlas, sabar, tawakal, hanya itu yang bisa aku perbuat dalam menyikapi semua itu.
butuh kedewasaan dalam menyikapi masalah ini.

Tuhan!
hanya Engkau Yang Maha Tahu mana yang terbaik buat ku dan dia, juga semuanya.
aku hanya meminta kepada-Mu, berikanlah jawaban yang terbaik menurut Engkau, untuk ku dan dia
karena semua ini Engkau yang menentukan.
Engkau Yang Maha Kuasa.
Engkau Yang Maha Kehendak.
namun, ku hanya berharap dan memohon dengan sangat kepada-Mu,
Engkau mengabulkan apa yang aku harapkan selama ini jika itu semua yang terbaik.
berilah aku jalan dan jawaban yang terbaik untuk ku juga dirinya."Amin"

keputusan apa pun yang terjadi nanti, aku harus bener2 siap, walau pahit dan sakit sekalipun.
aku harus sudah siap mulai saat ini.
harapan, kini tinggal menunggu jawaban yang pasti.
akan kehidupan yang baru, yang akan dilalui nanti.
yakinkan aku!!!
yakinkan juga dirinya!!!

Senin, 10 Januari 2011

Ku Tak Mengerti

seraut wajah itu yang selalu terlintas dibenak ku.
terkadang buat ku merasa gundah, namun terkadang buat ku merasa tenang.
terkadang buat ku mampu menguraikan air mata, namun terkadang buat ku mampu tersenyum bahagia.
sesuatu yang tersimpan di hati ini, aku pun tak mengerti kenapa begitu mendalam yang ku rasa.
sesuatu yang tersembunyi, akan rasa yang sulit untuk ku mengerti.
dua karakter yang sangat berbeda, mencoba untuk saling mengerti satu sama lain.
saling mengisi diantara kekosongan dan kekurangan yang ada.
saling melengkapi akan hal yang ingin diraih demi masa depan yang diharapkan.
namun terkadang,tak semua hal yang kita inginkan sesuai dengan kenyataan.
hati, tak pernah sekalipun membohongi.
namun sulit untuk ku selami, tanpa adanya kekuatan yang aku tak pernah miliki.
tak mampu untuk bisa menyelami hati yang ingin ku ketahui.
akan rasa rindu, cinta dan sayang yang tersimpan di dalamnya.
kebahagiaan, kerinduan dan kesedihan, memberikan ku warna dalam hidup ini.
ku selalu belajar untuk memahami, apa yang ingin ku mengerti selama ini.
dan kau pun selalu mengingatkan ku akan arti hidup ini.
yang tak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan.
namun dengan menjalani hidup ini apa adanya, dan mengalir seperti air.
mungkin ku mampu melewati segala rintangan yang akan ku hadapi.
ku rindu akan kata-kata mu yang selalu bisa buat ku mampu membakar semangat jiwa.
yang tanpa sadar kau ucapkan padaku.
namun kemana kah semua kata-kata itu pergi???

Rabu, 05 Januari 2011

=>HARAPAN<=

Harapan, yg buat ku bertahan menahan sakit ini.
dg harapan,ku ingin lepas 'n bebas dari belenggu sakit yg tanpa lelah menghantui aktivitas ku.
Datang dg tiba2 rasa sakit itu menyerang ku,dan tak lama kemudian rasa itupun menghilang entah kemana.
Harapan, ku tak mau lagi terbelenggu rasa sakit ini yg slalu buat ku tak bsa menahan'y.
Ku ingin terbebas dari rasa yg teramat sakit disaat rasa sakit itu menyerang ku.
Tanpa ada rasa sakit,
Tanpa ada air mata keluar karna menahan rasa sakit itu sendri di diri ini.
Tuhan!
Ku yakin smua'y Engkau yg merencanakan bahkan sakit yg slalu ku rasa tanpa ku tau kapan ia datang dan pergi menyerang ku..
Berilah ak kebebasan dari rasa sakit yg slalu ku rasa

love story

seekor burung mencintai mawar putih.
tapi mawar putih tak pernah suka sama burung itu.
setiap hari burung itu datang untuk bertemu dengan mawar putih.
akhirnya,, mawar putih berkata, "aku akan mencintai km, jika km dapat mengubah aku menjadi mawar merah".
suatu hari burung datang kembali dengan memotong sayapnya dan menebarkan darahnya pada mawar putih, sehingga dia bisa berubah menjadi merah.
mawar pun tersadar, betapa besar rasa cinta dan pengorbanan burung untuk dirinya yg selama ini dia tak menghiraukannya. tapi semua itu sudah terlambat, karena sang burung tak akan kembali lagi to selamanya, karena dia telah mati kehabisan darah untuk mengubah mawar putih menjadi merah.

So',,,, hargailah siapa pun yang mencintai kita, sebelum dia benar2 pergi to selamanya. walaupun cinta itu tak selamanya harus memiliki. cintai dan sayangi orang yg tersayang dengan tanpa menuntut apa2 dan jalani apa adanya....
keikhlasan hati,, kepercayaan dan keyakinan lah yg tersimpan dalam menjalin hubungan.